individu yang telah mencapai kesuksesan memang mampu
menginsiprasi orang lain untuk mencapai kesuksesan yang telah mereka
raih. Atlit, artis, musisi, tokoh kenegaraan, biasanya adalah
tokoh-tokoh yang kisahnya atau kesuksesannya rmemotivasi kita untuk
melakukan hal yang sama. Namun tentu saja tokoh idola yang dimiliki saya
dan pembaca dapat berbeda. Individu memang cenderung mengidolakan tokoh
yang ‘mirip’ dengan dirinya sendiri. Sebagai contoh, jika anda sedang
menggeluti dunia bisnis, maka besar kemungkinan idola yang anda miliki
adalah orang yang telah sukses berbisnis.
Di
kehidupan sehari-hari, individu yang termotivasi untuk sukses akan
‘menyimak’ dengan baik segala macam informasi yang dibutuhkan. Disinilah
peran idola dapat membantu kesuksesan tersebut. Individu dapat
mengimitasi cara, langkah, untuk mencapai apa yang idolanya capai. Tidak
hanya itu, dengan kembali mengingat kesuksesan yang telah diraih
idolanya, individu mampu mengontrol segala macam emosi negatif dan
mengubahnya menjadi emosi positif. Hal ini bisa kita lihat dari idola
kita yang memulai segala sesuatu dari nol. Seperti Oprah Winfrey yang
ketika kecil begitu miskin hingga tidak sanggup membeli sebuah boneka,
setelah merintis bisnis di dunia media selama bertahun-tahun, Oprah
dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya didunia. Atau mungkin kisah
Cristiano Ronaldo yang juga dilahirkan di keluarga miskin, dengan
kegigihannya bermain bola, ia akhirnya dinobatkan sebagai pemain
termahal dunia. Melalui dua kisah diatas, seorang individu yang merasa
frustasi akan kesuksesannya dapat kembali menemukan semangat saat
mengingat kisah dua orang tersebut.
Hampir semua
penjelasan tentang idola yang diberikan di atas merupakan contoh dari
‘idola yang positif’. Namun demikian, terdapat juga ‘idola yang
negatif’. Melalui idola yang negatif, individu dapat mempelajari hal apa
saja yang dapat menghambat/menghilangkan keberhasilan seseorang. .
Contoh dari idola negatif ini pun bermacam-macam, seperti artis yang
terjerumus narkoba, atlit yang memakai doping, dsb. Melalui hal-hal
tersebut individu belajar untuk menghindari hal yang merugikan.
Memiliki
idola dapat berdampak positif pada tahap perkembangan tertentu.
Anak-anak yang memiliki idola cenderung lebih tabah dalam menghadapi
masalah. Jika kembali dikaitkan dengan contoh diatas, maka anak-anak
yang menggeluti dunia olahraga dan sedang bosan, malas berlatih,
diharapkan lebih giat berlatih saat mengingat kisah sukses Ronaldo yang
tidak pernah berhenti berlatih. Atau contoh yang lebih sederhana, saat
seorang anak melihat pekerjaan ayahnya (dokter, insinyur, pilot) Ia akan
terus memiliki motivasi belajar sehingga saat dewasa ia mampu menjadi
seperti ayahnya.
Untuk remaja, mereka yang
memiliki idola positif dikatakan lebih percaya diri dibandingkan mereka
yang tidak memiliki idola. Selain itu, remaja yang memiliki idola yang
bisa diidentifikasikan dengan dirinya sendiri juga biasanya memiliki
nilai akademis lebih baik Efek-efek positif tersebut akan semakin kuat
jika remaja memang mengenal secara pribadi idolanya. Belajar dari
idolanya, remajamampu menghindarkan diri dari perilaku yang berbahaya
seperti melakukan hubungan seksual, narkoba, maupun kekerasan.
Individu,
khususnya remaja, memang memiliki kecendrungan untuk berperilaku sesuai
dengan apa yang mereka lihat. Disinilah peran orang yang lebih dewasa
menjadi penting. Remaja biasanya mengimitasi perilaku orang yang lebih
dewasa darinya, meskipun tidak semua perilaku yang ditampilkan adalah
perilaku positif. Oleh karena itu, penting untuk membimbing anak dan
remaja tentang idola yang mereka miliki, karena besar kemungkinan mereka
akan menampilkan perilaku seperti apa yang ditampilkan idolanya.
Secara
garis besar, memiliki idola memang lebih berpengaruh pada masa
perkembangan anak dan remaja. Namun demikian, idola dapat membantu
memotivasi individu mencapai tujuannya, tidak terbatas pada usia. Oleh
karena itu, untuk anda yang sedang mengejar mimpi-mimpi, memiliki idola
mungkin dapat membantu anda mencapai mimpi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar